“Aneh”
batinku, Anak kecil perempuan itu terus
memandangiku dan tersenyum tanpa henti pada ku ketika sudah tiga hari aku salat
teraweh dimusholla al-Mubtadi’in. Kira kira anak kecil itu baru berumur lima
tahun. Aku pun membalasnya dengan senyuman.
Aku
selalu mendapat tempat salat teraweh tepat didepan kurung batang (keranda
mayat). Jadi dimusholla itu kurung batang diletakan diruangan salat perempuan
karena tidak ada tempat lagi untuk meletakakan keranda tersebut. Sudah dari
tiga hari kemarin aku salat teraweh dimusholla yang dekat dekat dengan rumahku
itu dan selalu ada anak kecil perempuan itu yang selalu melihatku dan tersenyum
pada ku. Rasanya aku belum pernah melihat anak ini didaerah rumahku.
Anak
ini tidak takut dengan kurung batang yang ada dibelakangku. Aku bingung
sebenarnya anak itu melihat dan tersenyum kepadaku atau dengan yang ada
dibelakangku. Aku pernah dengar kalau anak kecil masih bias melihat sesuatu
yang orang dewasa belum tentu bisa melihatnya.
Senyum
anak itu manis sekali, aku pun mencoba melambaikan tanganku mengisyaratkan agar
anak itu mendekat padaku. Akhirnya dia mendekat, lalu aku bertanya “nama nya
siapa?” sambil ternsenyum
“imah,
kaka siapa namanya?”
“rani,
imah sendirian salatnya? Ibunya mana?”
“dirumah
kaka jagain ade ade aku”
Akupun
salat tepat disamping si imah ini, disela-sela salat teraweh kami sempat mengobrol.
Jujur saja aku agak takut dengan sesuatu hal tentang dunia ghaib.
“kaka..kaka..
cium bau melati gak?” Tanya imah
“gak
tuh, emang imah tau bau melati kayak gimana?”
“tau
bau orang meninggalkan kaka”
Jleeeb..
aku langsung merinding mendengarnya karena tepat dibelakang aku kurung batang
(keranda mayat).
“imah
gak takut disini?”
“gak
ka, ka ada temen aku, tuh!” tangan imah menunjuk kurung batang
“emang
siapa temen imah?”
“pocong
kaka, tuh kaka mau kenalan gak? Hayu aku kenalin” dengan santai nya imah
tersenyum senang
Sial,
aku sudah ketakutan setengah mati si Imah malah bicara seperti itu.
Keesokan
hari nya, aku datang lebih awal dari biasanya. Aku langsung memilih tempat
paling depan dekat ibu-ibu dan nenek-nenek. Aku agak sedikit takut melihat
Imah. Dan ketika salat teraweh Imah terus memandangiku dengan tersenyum tapi
terlihat dia marah karena aku tidak berada didekat dengannya lagi seperti
kemarin.
Hari
ini aku pulang kekosan, jadi aku tidak slat teraweh dimushola dekat rumah. Setelah
tiga hari kemudian aku baru pulang kerumah dan aku mendengar bahwa kemaren
adayang meninggal nenek nenek tentangga rumahku.
Deg.
Batinku
“jangan
jangan si Imah ngomong gitu karena kurung batang dimusholla deket rumah ada
yang mau make” bisikku dalam hati
Bulu
kuduk ku langsung merinding ketika mengingat obrolan aku dan Imah beberapa hari
yang lalu.
By: Siti Laila Khairani AS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar