Jumat, 16 November 2012

SALAT TERAWEH YANG MENCEKAM

18.19 0 Comments


“Aneh” batinku,  Anak kecil perempuan itu terus memandangiku dan tersenyum tanpa henti pada ku ketika sudah tiga hari aku salat teraweh dimusholla al-Mubtadi’in. Kira kira anak kecil itu baru berumur lima tahun. Aku pun membalasnya dengan senyuman.
Aku selalu mendapat tempat salat teraweh tepat didepan kurung batang (keranda mayat). Jadi dimusholla itu kurung batang diletakan diruangan salat perempuan karena tidak ada tempat lagi untuk meletakakan keranda tersebut. Sudah dari tiga hari kemarin aku salat teraweh dimusholla yang dekat dekat dengan rumahku itu dan selalu ada anak kecil perempuan itu yang selalu melihatku dan tersenyum pada ku. Rasanya aku belum pernah melihat anak ini didaerah rumahku.
Anak ini tidak takut dengan kurung batang yang ada dibelakangku. Aku bingung sebenarnya anak itu melihat dan tersenyum kepadaku atau dengan yang ada dibelakangku. Aku pernah dengar kalau anak kecil masih bias melihat sesuatu yang orang dewasa belum tentu bisa melihatnya.
Senyum anak itu manis sekali, aku pun mencoba melambaikan tanganku mengisyaratkan agar anak itu mendekat padaku. Akhirnya dia mendekat, lalu aku bertanya “nama nya siapa?” sambil ternsenyum
“imah, kaka siapa namanya?”
“rani, imah sendirian salatnya? Ibunya mana?”
“dirumah kaka jagain ade ade aku”
Akupun salat tepat disamping si imah ini, disela-sela salat teraweh kami sempat mengobrol. Jujur saja aku agak takut dengan sesuatu hal tentang dunia ghaib.
“kaka..kaka.. cium bau melati gak?” Tanya imah
“gak tuh, emang imah tau bau melati kayak gimana?”
“tau bau orang meninggalkan kaka”
Jleeeb.. aku langsung merinding mendengarnya karena tepat dibelakang aku kurung batang (keranda mayat).
“imah gak takut disini?”
“gak ka, ka ada temen aku, tuh!” tangan imah menunjuk kurung batang
“emang siapa temen imah?”
“pocong kaka, tuh kaka mau kenalan gak? Hayu aku kenalin” dengan santai nya imah tersenyum senang
Sial, aku sudah ketakutan setengah mati si Imah malah bicara seperti itu.
Keesokan hari nya, aku datang lebih awal dari biasanya. Aku langsung memilih tempat paling depan dekat ibu-ibu dan nenek-nenek. Aku agak sedikit takut melihat Imah. Dan ketika salat teraweh Imah terus memandangiku dengan tersenyum tapi terlihat dia marah karena aku tidak berada didekat dengannya lagi seperti kemarin.
Hari ini aku pulang kekosan, jadi aku tidak slat teraweh dimushola dekat rumah. Setelah tiga hari kemudian aku baru pulang kerumah dan aku mendengar bahwa kemaren adayang meninggal nenek nenek tentangga rumahku.
Deg. Batinku
“jangan jangan si Imah ngomong gitu karena kurung batang dimusholla deket rumah ada yang mau make” bisikku dalam hati
Bulu kuduk ku langsung merinding ketika mengingat obrolan aku dan Imah beberapa hari yang lalu.
By: Siti Laila Khairani AS